Marhaban Ya Imtihan
Apabila dilihat dari segi bahasa, kata “imtihan” berasal dari bahasa Arab yang berakar dari kata mahana yang bermakna mencoba, menguji, dan memeriksa (lihat kamus al-mufid). Kemudian ikut wazan ifta’ala menjadi imtahana. Jadi kata imtihan adalah mashdar dari kata imtahana, yamtahinu, imtihanan yang berarti ujian, cobaan, atau pemeriksaan.
Ketika kita mencoba untuk memaknai secara istilah tentang imtihan, barang kali akan ada banyak persepsi untuk merumuskannya. Namun demikian tentu saja multi interpretasi tersebut tetap akan mengacu pada artikulasi bahasa di atas.
Penulis mencoba menggambarkan tentang imtihan sesuai dengan pelaksanaan ajang tersebut untuk tingkatan lokal lembaga pendidikan dan dakwah Al-Falah adalah sebagai wahana untuk menemukan dan mengembangkan potensi siswa serta untuk memacu semangat kompetitif agar bisa bersaing secara sehat dan dinamis dengan pola mengadakan berbagai jenis lomba yang mengacu pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Pada akhir pelaksanaan imtihan biasanya diadakan tasyakuran dalam bentuk pengajian akbar yang dihadiri oleh para ulama dengan tujuan agar ilmu yang didapat oleh peserta didik menjadi ilmu yang barokah dan bermanfaat.
Relevansi antara epistimologi dan etimologi di atas mengacu pada setiap event yang diadakan tentu saja merujuk pada etape-etape cobaan, ujian, maupun pemeriksaan untuk bisa menuju final dan menjadi juara. Jadi, korelasi antara makna harfiah dan istilah yang penulis paparkan menjadi sangat jelas dan saling berkaitan.
Adapun mengenai latar belakang mengapa diadakan rutinitas tahunan imtihan ini diantaranya adalah timbulnya kesadaran dari pelaku pendidikan yang beranggapan bahwa upaya menemukan dan mengembangkan bakat dan minat siswa salah satunya adalah dengan cara dipublikasikan dan dipentaskan untuk umum. Apabila berkaca pada realita yang terjadi pada moment imtihan pada tahun-tahun sebelumnya, memang ditemukan bakat dan kemampuan siswa yang pada awalnya belum nampak menjadi terlihat jelas bahwa mereka mempunyai potensi dasar yang luar biasa. Potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa ada kalanya memang masih terpendam, sehingga dengan adanya imtihan ini diharapkan agar peserta didik termotivasi untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Dan salah satu upaya untuk memacu motivasi mereka adalah dengan cara memberikan reward bagi para juara dari berbagai jenis lomba dalam bentuk kenang-kenangan pada waktu khusus setelah seluruh lomba selesai digelar.
Hal penting yang perlu diperhatikan adalah adanya tindak lanjut pasca imtihan oleh pengelola dan pelaku pendidikan di lembaga Al-falah. Tindak lanjut itu berupa wadah untuk terakomodirnya bakat dan kemampuan siswa yang sudah diketahui tersebut. Menjadi sangat ironi apabila kemampuan-kemampuan mereka tidak tersalurkan, mengingat inilah sebenarnya salah satu inti atau substansi yang ingin diraih, yaitu ditemukannya bakat dan kemampuan siswa dan ada wahana untuk penyaluran bakat tersebut. Apabila ini bisa terealisasi, maka Al-Falah akan bisa mencetak kader-kader yang handal dan kompetitif di masa mendatang.
Sasaran utama dan pertama dalam ajang imtihan ini adalah siswa lembaga pendidikan dan dakwah Al-Falah dari setiap jenjang yang ada, mulai dari TK, SD, MD, MTs., MA, dan SMK. Panitia imtihan yang terdiri dari para guru dan staf berupaya maksimal agar seluruh siswa bisa terakomodir dalam pelaksanaan imtihan tahun 2017 ini. Dengan dipublikasikannya jenis-jenis lomba, aturan main, batasan-batasan peserta, dan lain sebagainya diharapkan agar semua siswa selaku peserta kehormatan bisa berpartisipasi secara aktif untuk memanfaatkan momentum ini dengan baik. Akan menjadi sangat percuma apabila wadah yang ada untuk bisa menfasilitasi siswa tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Ibarat bertepuk sebelah tangan, maka sampai kapanpun suara tepukan itu tidak akan pernah tedengar.
Kerja sama yang baik pasti menghasilkan sesuatu yang tidak akan mengecewakan. Imtihan tahun 2017 ini akan sukses apabila siklus roda berjalan secara sinergi. Salah satu pemeran utamanya adalah para siswa lembaga pendidikan Al-Falah, karena beragam lomba yang dirancang sejatinya adalah untuk mereka. Jadi, kesadaran dan motivasi yang timbul dari individu siswa diharapkan sudah mulai terbangun dan menggeliat untuk kemudian menyambut perayaan imtihan tahun 2017 dengan antusiasme tinggi.
Suatu kebiasaan kurang baik yang selama ini menjamur pada perayaan imtihan adalah kurang responsifnya peserta didik dalam keikut sertaan mereka pada event lomba yang diadakan. Problematika ini memang tidak fair apabila dititik beratkan pada siswa semata, mengingat ada banyak faktor yang melatar belakangi fenomena tersebut. Diantaranya adalah kurang adanya sosialisasi dari beberapa jenis lomba, sehingga siswa seringkali tidak tahu sistematika lomba, aturan main, dan kategori penilaian. Berangkat dari problema tersebut ada kecendrungan bagi siwa untuk tidak berpartisipasi aktif dalam berperan serta pada beberapa lomba yang mereka sendiri kurang memahaminya. Disamping itu pula peran wali kelas yang tidak optimal mengakibatkan peserta didik merasa bingung mencari konsultan, menemukan motivator, dan mengungkapkan semua keluhan yang menimpa mereka. Ibarat anak yang kehilangan orang tua, tentunya dia akan merasa sangat pusing untuk mencari tempat mengadu.
Apabila dilihat dari artikulasi bahasa, maka kata wali berarti orang yang bertanggung jawab atas upaya pendampingan, asuhan, bimbingan, pengayoman, arahan, dan pemenuhan kebutuhan lainnya. Jadi apabila konteksnya adalah wali kelas pada masing-masing jenjang di lembaga pendidikan dan dakwah Al-Falah, maka merekalah yang mempunyai tugas wali untuk setiap kelas yang menjadi anak asuhnya. Fenomena-fenomena diatas merupakan sekelumit problematika yang perlu dibenahi secara bertahap dan berkesinambungan. Apabila persoalan ini bisa diatasi, maka bukan hanya ajang imtihan 2017 yang akan mengalami tingkat apresiasi dan peran serta tinggi dari peserta didik, namun juga akan berimbas pada program-program sekolah yang lain, seperti Intensive English, ekstra kurikuler, rumah baca, dan lain sebagainya.
Gambaran diatas merupakan tantangan dan peluang yang harus dipecahkan bersama mengingat perhelatan akbar imtihan 2017 ini adalah bergantung pada kerja kerjam tim yang mengacu pada pondasi kerja kolektif kolegial. Setiap element mempunyai peran yang sama penting untuk menopang kesuksesan acara, tinggal bagaimana peran serta dan partisipasi dari lapisan-lapisan dimaksud mampu bekerja maksimal untuk mendapatkan hasil yang optimal. Kesuksesan ajang spektakuler ini akan kita rasakan bersama, dan begitupun sebaliknya. Kalaupun kita disuguhkan pada dua pilihan berbeda antara sukses dan gagal, maka tentunya kita akan memilih sukses karena pastinya tidak ada satupun dari setiap poros penopong pendidikan di lembaga tercinta kita yang menginginkan kegagalan.
Limit waktu untuk persiapan acara imtihan tahun ini memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Apabilah pada tahun-tahun yang lalu masih banyak waktu untuk mempersiapkan segalanya, maka tidak halnya dengan sekarang. Karena begitu banyaknya agenda kerja yang dicanangkan di lembaga Al-Falah, maka pelaku pendidikan dituntut untuk bekerja ekstra lebih keras lagi agar seluruh rencana tidak ada yang terbengkalai. Namun demikian, rasa optimisme tinggi yang menjadi modal utama, khususnya yang tertancap kuat pada setiap jiwa panitia haflah, memunculkan keyakinan penuh bahwa momentum imtihan 2017 akan berlangsung sesuai dengan harapan. Hanya saja memang, sekali lagi penulis menitik beratkan pada kunci utama yaitu kekompakan setiap lini sebagai motor penggerak pelaksanaan acara.
Di sisi lain, reparasi sistem pelaksanaan lomba juga juga harus dibenahi step by step. Taruhlah seperti sosialisasi kepada siswa, perampungan pendataan peserta sebelum lomba dimulai, kesiapan materi soal yang dibutuhkan, kelengkapan instrumen lomba, dan lain sebagainya. Hal ini menjadi penting sebagai acuan awal untuk mendesign sistematika lomba dan menempatkannya pada timing yang tepat. Disamping itu pula, dengan pembenahan menejemen seperti yang demikian dimaksudkan untuk mengukur kesiapan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan berbagai jenis lomba. Tentulah kita tidak ingin ada jadwal lomba dalam alokasi waktu tertentu, namun ketika pelaksanaannya ternyata tidak satupun dari siswa yang mendaftarkan diri untuk mengikuti ajang tersebut. Ini menjadi sangat tidak profesional dan menjadikan waktu terbuang percuma. Jadi, kalau memang sejak awal tidak satupun siswa yang mengisi form isian peserta, maka panitia pasti tidak akan menempatkan lomba dimaksud dalam daftar protokoler. Ini merupakan satu upaya nyata dalam rangka pembenahan sistem pelaksanaan imtihan tahun 2017.
Sosialisasi dan edaran informasi untuk tingkat MTs, MA, dan SMK sudah mulai dikumandankan melalui corong OSIS dan ketua kelas masing-masing jenjang. Kesepakatan kontrak yang berupa kerja sama dengan mereka dalam rangka melakukan pendataan di setiap kelas sudah mulai berjalan, tinggal bagaimana koordinator lapangan beserta wali kelas melakukan pendampingan untuk mereka.
Adapun untuk tingkat TK, SD, dan MD Ula diberikan ruang kepada kooridinator lapangan untuk menentukan arah kebijakan dalam rangka penentuan batasan dan pendataan peserta dengan berkoordinasi bersama kepala sekolah masing-masing jenjang tersebut. Namun tentu saja perampungan pendataan harus telah selesai sebelum protokoler menyusun jadwal lomba. Sejarah masa lalu yang terjadi semisal tumpang tindih acara, tidak efisiennya waktu, dan lain semacamnya adalah karena kurangnya penataan yang tepat, hal itu dikarenakan tidak adanya acuan yang jelas terkait data peserta yang ikut dalam setiap lomba. Tak jarang terjadi dalam alokasi waktu yang banyak, terdapat peserta yang sedikit dan demikian pula sebaliknya. Tentunya, kita sepakat untuk melaksanakan imtihan 2017 ini dari kerangka sistem yang jelas dan data peserta yang tidak semu.




















